Seorang yang Makan sedang ia bersyukur memiliki kedudukan yang sama dengan seorang yang berpuasa sedang ia bersabar (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah, Disahihkan oleh Syaikh Al-bani dalam Sahih tirmidzi: 2486 dan Shahih Ibnu Majah: 1764 dan 1765)
Selama melakukan ibadah puasa, seorang hamba hendaknya menghiasi hidup dengan sabar dan syukur. Sabar ketika mengalami lapar dan dahaga dan bersyukur ketika mendapatkan makan dan minum.
Sabar saat berpuasa di siang hari akan menyempurnakan pahala puasa, dan syukur saat makan dan minum di malam hari akan melipatgandakan pahala. Dimana saat ia merasakan kesyukuran akan mendapatkan pahala sebanding dengan pahala puasa yang dilakukan dengan penuh kesabaran.
Puasa Ramadhan
Nilai-Nilai Keutamaan Hadis Pahala Puasa tanpa Berpuasa
1. Memiliki Kedudukan Sama
Hadist di atas menerankan bahwa suatu makanan diiringi dengan rasa syukur kepada Allah SWT memiliki kedudukan yang sama dengan berpuasa dari suatu makanan disertai dengan kesabaran.
Syaikh Mubarkafuri menjelaskan hadis ini seraya berkata, “Makan adalah suatu aktivitas orang yang sedang puasa (menahan diri dari makan) maka ketika seorang yang berpuasa melakukan aktivitas makan (berbuka), ia akan menghampiri Allah dengan kesyukuran. Bagitu juga ketika menahan diri dari makan, maka seorang berpuasa akan menghampiri Allah SWT dengan kesabarannya (Kitab Tuhfatul Afwazi/6/278)
2. Bentuk lain dari Tindakan Melipatgandakan Pahala Puasa
Hadis di atas menunjukkan bahwa kita dapat melipatgandakan pahala puasa dengan catatan tetap berpuasa di siang hari dan mensyukuri setiap makanan yang kita makan sejak waktu buka hingga sahur lagi.
Rasululllah SAW bersabda: “Seorang yang makan dan bersyukur memiliki pahala seperti pahala seorang yang berpuasa dan bersabar" (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
3. Batas Minimal Syukur dan Sabar
Agar mendapatkan Pahala dari Allah SWT, kapasitas sabar yang mengiringi puasa dan kapasitas syukur yang mengiringi makan hendaknya di atas ambang minimal, yaitu sebagaimana yang dikemukakan imam Al-Qari, “Batas minimal syukur adalah tetap membaca basmalah ketika hendak makan dan membaca hamdalah ketika selesai makan. Sedang batas minimal kesabaran adalah menahan diri dari hal-hal yang dapat merusak pahala puasa (Tuhfatul Afwazi/6/278)
Semakin besar kapasitas syukur yang mengiringi makan dan semakin besar kapasitas sabar yang mengiringi puasa maka semakin besar pahala yang didapatkan.
4. Membingkai Hidup dengan Sabar dan Syukur
Hadis di atas juga mengisayaratkan bahwa kita harus membingkai hidup dengan penuh rasa syukur dan sabar. Sabar ketika kita sedang mengalami kesulitan dan kesusahan dan bersyukur ketika kita mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraan. Dengan membingkai kehidupan dengan sabar dan syukur, kita akan menjadi pribadi yang mengundang decak kagum, baik dari Allah SWT, Malaikat Maupun Umat manusia.
Tata Cara Mendapatkan Pahala Puasa tanpa Berpuasa
Selain menanamkan rasa syukur saat makan di malam hari dan bersabar saat puasa di siang hari ada beberapa cara mendapatkan pahala puasa tanpa berpuasa di antaranya:
1. Memberikan Buka Puasa
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang memberikan buka kepada orang yang berpuasa maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala orang yang berpuasa. (HR Tirmidzi)
Karena hadis ini, banyak orang yang berlomba-lomba untuk memberikan buka puasa kepada sesama. Bahkan di daerah tertentu anjuran ini dikelolah dengan baik oleh takmir masjid. Pastikan untuk mempersiapkan dana berlebih untuk meraih keagungan pahala ini.
2. Menyeru Kepada Kebaikan
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menunjukkan sauatu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya. (HR Abu Daud dan Tirmidzi)
Ada banyak hadis yang menyebutkan keutamaan bulan ramadhan, semisal pahala dilipatgandakan dan lain sebagainya. Saat ramadhan, biasakan melakukan segala aktfitias yang baik menurut agama, termasuk menyeru kepada kebaikan.
3. Bertekad Puasa, tapi Mimiliki Uzur.
Seorang Muslim akan tetap mendapatkan pahala puasa meski ia tidak berpuasa karena ada uzur syar’i (alasan yang dibenarkan oleh agama) yang memaksan untuk tidak berpuasa, seperti menyusui, haid dan nifas, sakit, musafir, lansia, dan lain-lain.
Hal ini berdasarkan ketentuan umum mengenai pelaksanaan perintah-perintah Allah SWT kepada kaum Muslimin. Barang siapa melaksanakan perintah-perintah ini maka ia akan mendapatkan pahalanya, dan barang siapa tidak melaksanakan perintah-perintah ini karena uzur syar’i maka ia akan tetap mendapatkan pahalanya selama dalam hatinya ada keinginan kuat untuk melaksanakannya dan merasa bersedih hati karena tidak dapat menunaikannya.
Akan tetapi, Barang siapa yang mampu menunaikan perintah-perintah tersebut dan tidak memiliki uzur apapun lalu ia tidak menunaikannya maka ia akan memikul dosanya. Allah SWT berfirman dalam QS At-Taubah: 91-93)
Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya di madinah ada orang-orang, dimana kalian tidak melewati suatu lembah dan tidak menempuh suatu jalan, melainkan mereka ikut serta bersama kalian dalam perolehan pahala. Mereka telah terhalang uzur. (HR Ahmad dan Ibnu Majah)
4. Dikerjakan secara Konsisten, Tapi Mimiliki Uzur.
Jika seorang Muslim telah terbukti secara konsisten senantiasa melakukan puasa pada masa-masa longgar dan sehat maka ia tetap mendapatkan pahala puasa ketika ia tidak mengerjakannya karena sakit atau bepergian. Ibrahim Ak-Saksaki menuturkan, “Aku bepergian bersama Abu Burdah bi Abi Musa dan Yazid bin Abi Kabasyah dalam sebuah perjalanan.
Pada waktu itu Yazid berpuasa, lalu Abu Burdah berkata kepadanya, Aku seringkali mendengar Abu Musa berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Apabilah seorang hamba sakit atau bepergian maka dituliskan untuknya pahala seperti amal yang dulu dikerjakannya pada saat mukim (menetap) atau sehat. (HR Bukhari dan Ahmad)
Selama melakukan ibadah puasa, seorang hamba hendaknya menghiasi hidup dengan sabar dan syukur. Sabar ketika mengalami lapar dan dahaga dan bersyukur ketika mendapatkan makan dan minum.
Sabar saat berpuasa di siang hari akan menyempurnakan pahala puasa, dan syukur saat makan dan minum di malam hari akan melipatgandakan pahala. Dimana saat ia merasakan kesyukuran akan mendapatkan pahala sebanding dengan pahala puasa yang dilakukan dengan penuh kesabaran.
Puasa Ramadhan
Nilai-Nilai Keutamaan Hadis Pahala Puasa tanpa Berpuasa
1. Memiliki Kedudukan Sama
Hadist di atas menerankan bahwa suatu makanan diiringi dengan rasa syukur kepada Allah SWT memiliki kedudukan yang sama dengan berpuasa dari suatu makanan disertai dengan kesabaran.
Syaikh Mubarkafuri menjelaskan hadis ini seraya berkata, “Makan adalah suatu aktivitas orang yang sedang puasa (menahan diri dari makan) maka ketika seorang yang berpuasa melakukan aktivitas makan (berbuka), ia akan menghampiri Allah dengan kesyukuran. Bagitu juga ketika menahan diri dari makan, maka seorang berpuasa akan menghampiri Allah SWT dengan kesabarannya (Kitab Tuhfatul Afwazi/6/278)
2. Bentuk lain dari Tindakan Melipatgandakan Pahala Puasa
Hadis di atas menunjukkan bahwa kita dapat melipatgandakan pahala puasa dengan catatan tetap berpuasa di siang hari dan mensyukuri setiap makanan yang kita makan sejak waktu buka hingga sahur lagi.
Rasululllah SAW bersabda: “Seorang yang makan dan bersyukur memiliki pahala seperti pahala seorang yang berpuasa dan bersabar" (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
3. Batas Minimal Syukur dan Sabar
Agar mendapatkan Pahala dari Allah SWT, kapasitas sabar yang mengiringi puasa dan kapasitas syukur yang mengiringi makan hendaknya di atas ambang minimal, yaitu sebagaimana yang dikemukakan imam Al-Qari, “Batas minimal syukur adalah tetap membaca basmalah ketika hendak makan dan membaca hamdalah ketika selesai makan. Sedang batas minimal kesabaran adalah menahan diri dari hal-hal yang dapat merusak pahala puasa (Tuhfatul Afwazi/6/278)
Semakin besar kapasitas syukur yang mengiringi makan dan semakin besar kapasitas sabar yang mengiringi puasa maka semakin besar pahala yang didapatkan.
4. Membingkai Hidup dengan Sabar dan Syukur
Hadis di atas juga mengisayaratkan bahwa kita harus membingkai hidup dengan penuh rasa syukur dan sabar. Sabar ketika kita sedang mengalami kesulitan dan kesusahan dan bersyukur ketika kita mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraan. Dengan membingkai kehidupan dengan sabar dan syukur, kita akan menjadi pribadi yang mengundang decak kagum, baik dari Allah SWT, Malaikat Maupun Umat manusia.
Tata Cara Mendapatkan Pahala Puasa tanpa Berpuasa
Selain menanamkan rasa syukur saat makan di malam hari dan bersabar saat puasa di siang hari ada beberapa cara mendapatkan pahala puasa tanpa berpuasa di antaranya:
1. Memberikan Buka Puasa
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang memberikan buka kepada orang yang berpuasa maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala orang yang berpuasa. (HR Tirmidzi)
Karena hadis ini, banyak orang yang berlomba-lomba untuk memberikan buka puasa kepada sesama. Bahkan di daerah tertentu anjuran ini dikelolah dengan baik oleh takmir masjid. Pastikan untuk mempersiapkan dana berlebih untuk meraih keagungan pahala ini.
2. Menyeru Kepada Kebaikan
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menunjukkan sauatu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya. (HR Abu Daud dan Tirmidzi)
Ada banyak hadis yang menyebutkan keutamaan bulan ramadhan, semisal pahala dilipatgandakan dan lain sebagainya. Saat ramadhan, biasakan melakukan segala aktfitias yang baik menurut agama, termasuk menyeru kepada kebaikan.
3. Bertekad Puasa, tapi Mimiliki Uzur.
Seorang Muslim akan tetap mendapatkan pahala puasa meski ia tidak berpuasa karena ada uzur syar’i (alasan yang dibenarkan oleh agama) yang memaksan untuk tidak berpuasa, seperti menyusui, haid dan nifas, sakit, musafir, lansia, dan lain-lain.
Hal ini berdasarkan ketentuan umum mengenai pelaksanaan perintah-perintah Allah SWT kepada kaum Muslimin. Barang siapa melaksanakan perintah-perintah ini maka ia akan mendapatkan pahalanya, dan barang siapa tidak melaksanakan perintah-perintah ini karena uzur syar’i maka ia akan tetap mendapatkan pahalanya selama dalam hatinya ada keinginan kuat untuk melaksanakannya dan merasa bersedih hati karena tidak dapat menunaikannya.
Akan tetapi, Barang siapa yang mampu menunaikan perintah-perintah tersebut dan tidak memiliki uzur apapun lalu ia tidak menunaikannya maka ia akan memikul dosanya. Allah SWT berfirman dalam QS At-Taubah: 91-93)
Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya di madinah ada orang-orang, dimana kalian tidak melewati suatu lembah dan tidak menempuh suatu jalan, melainkan mereka ikut serta bersama kalian dalam perolehan pahala. Mereka telah terhalang uzur. (HR Ahmad dan Ibnu Majah)
4. Dikerjakan secara Konsisten, Tapi Mimiliki Uzur.
Jika seorang Muslim telah terbukti secara konsisten senantiasa melakukan puasa pada masa-masa longgar dan sehat maka ia tetap mendapatkan pahala puasa ketika ia tidak mengerjakannya karena sakit atau bepergian. Ibrahim Ak-Saksaki menuturkan, “Aku bepergian bersama Abu Burdah bi Abi Musa dan Yazid bin Abi Kabasyah dalam sebuah perjalanan.
Pada waktu itu Yazid berpuasa, lalu Abu Burdah berkata kepadanya, Aku seringkali mendengar Abu Musa berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Apabilah seorang hamba sakit atau bepergian maka dituliskan untuknya pahala seperti amal yang dulu dikerjakannya pada saat mukim (menetap) atau sehat. (HR Bukhari dan Ahmad)