Pada bulan puasa Ramadan ini banyak sekali kisah-kisah inspiratif yang bisa meningkatkan ketaatan kita untuk beribadah kepada Allah Swt. Salah satu kisah inspiratif itu kali ini datang dari seorang pria asal Magelang, Bagus Gandhi Sukarno, 37, yang memutuskan menjadi mualaf menjelang Ramadan 2017.
Dilansir laman resmi Internet Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Tengah (Jateng), awal mula Bagus ingin masuk Islam tak terlepas dari perkenalannya dengan salah seorang santri NU, Abdul Wahab, di media sosial Facebook. Dari perkenalan di Facebook itu, keduanya pun bertukar nomor telepon hingga akhirnya sering berkomunikasi.
Bagus yang sehari-hari bekerja di bidang pelayaran itu mengaku tertarik pada agama Islam yang dipraktikan santri NU. “Keislaman orang-orang NU tidak arogan, santun, dan menjunjung tinggi toleransi. Hal itu yang membuat Bagus tertarik,” aku Wakil Sekretaris PW NU Jateng, H. Nur Shoib, dalam situs resmi NU Jateng, Jumat (26/5/2017).
Pada Jumat sekitar pukul 15.00 WIB atau sehari sebelum puasa Ramadan 2017, Bagus pun mendatangi Kantor PW NU Jateng. Pria kelahiran Klaten, 21 Agustus 1980 itu secara langsung meminta kepada pengurus NU supaya dibimbing masuk Islam dengan membaca dua kalimat syahadat.
Pembacaan dua kalimat syahadat oleh Bagus dibimbing oleh Sekretaris PW NU Jateng, K.H. Mohammad Arja Imroni, disaksikan Rais Syuriah PW NU Jateng, K.H. Ubaidillah Shodaqoh, H. Nur Shoib dan beberapa pengurus wilayah NU Jateng. Seusai pembacaan dua kalimat syahadat, Bagus menandatangani surat pernyataan yang berisi bahwa dirinya telah masuk Islam atas kemauan sendiri.
“Dalam beragama itu tidak ada paksaan, setiap orang dibebaskan memilih agama. Karena itu dalam menentukan pilihan harus didasarkan pada ketulusan, tidak boleh untuk main-main,” tutur Sekretaris PW NU Jateng, Mohammad Arja Imroni.
Ketertarikan Bagus kepada NU dan Islam, dituturkan Nur Shoib, bermula dari pergaulannya dengan orang-orang Islam dengan berbagai latar belakang organisasi dan paham keislamannya yang ia jumpai dalam pelayaran. Menurutnya umat muslim dari NU cenderung lebih menghargai pemeluk agama lain, tidak keras dan humoris.
Dilansir laman resmi Internet Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Tengah (Jateng), awal mula Bagus ingin masuk Islam tak terlepas dari perkenalannya dengan salah seorang santri NU, Abdul Wahab, di media sosial Facebook. Dari perkenalan di Facebook itu, keduanya pun bertukar nomor telepon hingga akhirnya sering berkomunikasi.
Bagus yang sehari-hari bekerja di bidang pelayaran itu mengaku tertarik pada agama Islam yang dipraktikan santri NU. “Keislaman orang-orang NU tidak arogan, santun, dan menjunjung tinggi toleransi. Hal itu yang membuat Bagus tertarik,” aku Wakil Sekretaris PW NU Jateng, H. Nur Shoib, dalam situs resmi NU Jateng, Jumat (26/5/2017).
Pada Jumat sekitar pukul 15.00 WIB atau sehari sebelum puasa Ramadan 2017, Bagus pun mendatangi Kantor PW NU Jateng. Pria kelahiran Klaten, 21 Agustus 1980 itu secara langsung meminta kepada pengurus NU supaya dibimbing masuk Islam dengan membaca dua kalimat syahadat.
Pembacaan dua kalimat syahadat oleh Bagus dibimbing oleh Sekretaris PW NU Jateng, K.H. Mohammad Arja Imroni, disaksikan Rais Syuriah PW NU Jateng, K.H. Ubaidillah Shodaqoh, H. Nur Shoib dan beberapa pengurus wilayah NU Jateng. Seusai pembacaan dua kalimat syahadat, Bagus menandatangani surat pernyataan yang berisi bahwa dirinya telah masuk Islam atas kemauan sendiri.
“Dalam beragama itu tidak ada paksaan, setiap orang dibebaskan memilih agama. Karena itu dalam menentukan pilihan harus didasarkan pada ketulusan, tidak boleh untuk main-main,” tutur Sekretaris PW NU Jateng, Mohammad Arja Imroni.
Ketertarikan Bagus kepada NU dan Islam, dituturkan Nur Shoib, bermula dari pergaulannya dengan orang-orang Islam dengan berbagai latar belakang organisasi dan paham keislamannya yang ia jumpai dalam pelayaran. Menurutnya umat muslim dari NU cenderung lebih menghargai pemeluk agama lain, tidak keras dan humoris.
SUmber:solopos.com