Ketika masuk angin dan kelelahan, Anda mungkin disarankan untuk kerokan. Metode kerokan pada umumnya dilakukan orang Indonesia, khususnya di pulau Jawa, menggunakan uang logam atau alat pipih yang tumpul dan digerakkan ke kulit.
Dikutip dari KlikDokter, Sabtu (23/9/2017), Guru Besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof Didik Gunawan Tamtomo, meneliti manfaat kerokan. Penelitian itu dilakukan tahun 2003-2005.
Hasil temuan, dari 390 responden berusia 40 tahun ke atas, hampir 90 persen mengaku, kerokan saat masuk angin. Faktor gejala masuk angin merujuk pada keadaan perut kembung, kepala pusing, demam ringan, dan otot nyeri.
Responden merasa sembuh setelah melakukan kerokan. Lantas dari mana istilah kerokan berasal? Apa saja manfaat lain dari kerokan?
Kerokan merupakan pengobatan tradisional Tiongkok untuk meningkatkan darah ke permukaan kulit. Istilah kerokan dikenal dengan gua sha.
Metode ini melibatkan gerakkan berulang-ulang pada area tertentu di tubuh untuk menghasilkan memar ringan. Area yang biasa untuk kerokan, terutama punggung.
Hal ini merangsang aliran darah dan meningkatkan proses penyembuhan. Begitu kulit diminyaki dengan baik, ujung halus dari alat pipih yang digunakan bisa digerakkan ke permukaan kulit.
Bila kerokan dilakukan dengan benar, tidak ada pendarahan dari teknik ini.
Sembuhkan penyakit lain
Manfaat kerokan tak hanya mengusir masuk angin. Tapi ada manfaat lain yang bisa diperoleh, dikutip dari Healthline, Sabtu (23/9/2017).
Migrain
Bila Anda terserang migrain dan tetap tidak sembuh minum obat migrain. Kerokan bisa membantu Anda. Dalam sebuah penelitian, seorang wanita berusia 72 tahun, yang hidup dengan migrain melakukan kerokan selama 14 hari.
Migrainnya pun membaik. Teknik pengobatan kuno ini bisa menjadi alternatif yang efektif untuk migrain.
Pembengkakan payoedara
Pembengkakan payudara adalah kondisi yang dialami banyak wanita menyusui. Kondisi ini terjadi payoedara penuh dengan ASI, yang biasanya dialami pada minggu-minggu pertama menyusui.
Payudara menjadi bengkak dan nyeri sehingga menyulitkan bayi menyusui. Kondisi ini terbilang sementara. Dalam sebuah penelitian, wanita yang kerokan dimulai dari hari kedua setelah melahirkan.
Hasil temuan, wanita yang melaporkan pembengkakan lebih sedikit berkurang. Mereka pun bisa menyusui dengan nyaman.
Sakit leher
Teknik gua sha juga terbukti efektif mengatasi sakit leher kronis. Dalam sebuah penelitian, sebanyak 48 partisipan dibagi menjadi dua kelompok.
Satu kelompok melakukan kerokan dan yang lainnya menggunakan alas pemanas untuk mengobati sakit leher.
Setelah satu minggu, peserta yang menerima kerokan melaporkan, rasa sakit leher sedikit berkurang dibandingkan dengan kelompok yang tidak menerima kerokan.
Sindrom perimenopause
Perimenopause terjadi saat wanita bergerak mendekati menopause. Gejalanya meliputi, insomnia, haid tidak teratur, gelisah, dan lelah.
Studi menemukan, kerokan dapat mengurangi gejala perimenopause pada beberapa wanita. Penelitian tersebut menguji 80 wanita dengan gejala perimenopause.
Partisipan diberikan waktu selama 15 menit untuk kerokan, seminggu sekali. Mereka pun merasakan gejala, seperti insomnia, kelelahan, dan sakit kepala menjadi berkurang.
Dikutip dari KlikDokter, Sabtu (23/9/2017), Guru Besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof Didik Gunawan Tamtomo, meneliti manfaat kerokan. Penelitian itu dilakukan tahun 2003-2005.
Hasil temuan, dari 390 responden berusia 40 tahun ke atas, hampir 90 persen mengaku, kerokan saat masuk angin. Faktor gejala masuk angin merujuk pada keadaan perut kembung, kepala pusing, demam ringan, dan otot nyeri.
Responden merasa sembuh setelah melakukan kerokan. Lantas dari mana istilah kerokan berasal? Apa saja manfaat lain dari kerokan?
Kerokan merupakan pengobatan tradisional Tiongkok untuk meningkatkan darah ke permukaan kulit. Istilah kerokan dikenal dengan gua sha.
Metode ini melibatkan gerakkan berulang-ulang pada area tertentu di tubuh untuk menghasilkan memar ringan. Area yang biasa untuk kerokan, terutama punggung.
Hal ini merangsang aliran darah dan meningkatkan proses penyembuhan. Begitu kulit diminyaki dengan baik, ujung halus dari alat pipih yang digunakan bisa digerakkan ke permukaan kulit.
Bila kerokan dilakukan dengan benar, tidak ada pendarahan dari teknik ini.
Sembuhkan penyakit lain
Manfaat kerokan tak hanya mengusir masuk angin. Tapi ada manfaat lain yang bisa diperoleh, dikutip dari Healthline, Sabtu (23/9/2017).
Migrain
Bila Anda terserang migrain dan tetap tidak sembuh minum obat migrain. Kerokan bisa membantu Anda. Dalam sebuah penelitian, seorang wanita berusia 72 tahun, yang hidup dengan migrain melakukan kerokan selama 14 hari.
Migrainnya pun membaik. Teknik pengobatan kuno ini bisa menjadi alternatif yang efektif untuk migrain.
Pembengkakan payoedara
Pembengkakan payudara adalah kondisi yang dialami banyak wanita menyusui. Kondisi ini terjadi payoedara penuh dengan ASI, yang biasanya dialami pada minggu-minggu pertama menyusui.
Payudara menjadi bengkak dan nyeri sehingga menyulitkan bayi menyusui. Kondisi ini terbilang sementara. Dalam sebuah penelitian, wanita yang kerokan dimulai dari hari kedua setelah melahirkan.
Hasil temuan, wanita yang melaporkan pembengkakan lebih sedikit berkurang. Mereka pun bisa menyusui dengan nyaman.
Sakit leher
Teknik gua sha juga terbukti efektif mengatasi sakit leher kronis. Dalam sebuah penelitian, sebanyak 48 partisipan dibagi menjadi dua kelompok.
Satu kelompok melakukan kerokan dan yang lainnya menggunakan alas pemanas untuk mengobati sakit leher.
Setelah satu minggu, peserta yang menerima kerokan melaporkan, rasa sakit leher sedikit berkurang dibandingkan dengan kelompok yang tidak menerima kerokan.
Sindrom perimenopause
Perimenopause terjadi saat wanita bergerak mendekati menopause. Gejalanya meliputi, insomnia, haid tidak teratur, gelisah, dan lelah.
Studi menemukan, kerokan dapat mengurangi gejala perimenopause pada beberapa wanita. Penelitian tersebut menguji 80 wanita dengan gejala perimenopause.
Partisipan diberikan waktu selama 15 menit untuk kerokan, seminggu sekali. Mereka pun merasakan gejala, seperti insomnia, kelelahan, dan sakit kepala menjadi berkurang.
SUmber:liputan6.com