Wow!! Selokan Jernih Isi Ikan Koi ini Ternyata Ada di Desa Jawa Tengah Lho, Omsetnya 25 Juta...

selokan jernih isi ikan koi
selokan jernih isi ikan koi
Galaksi Berita - Selokan air yang dipenuhi dengan ikan koi ini ada di Pluneng, Kebonarum, Klaten. Karena kejernihan air di selokan dan ikan-ikan berukuran besarnya mendadak lokasi ini booming di internet. Tak hanya ikan koi, ikan jenis ikan lain seperti nila, gurami, patin juga menjadi penghuni selokan itu.

Umbul Pluneng merupakan sumber aliran air di selokan itu. Air di Umbul Pluneng masih jernih. Kali selebar satu meter yang melintasi depan rumah warga itu juga merupakan saluran irigasi yang menghubungkan ke areal persawahan.

Seorang pensiunan pegawai salah satu bank swasta di Klaten yang bernama Joko Sucipto yang telah berusia 76 tahun itu tak menyangka keisengannya memanfaatkan kejernihan saluran air depan rumahnya justru membuat daerahnya semakin gayeng dan dikenal warga di Klaten dan sekitarnya.

Di tahun 1996, bapak dengan empat anak ini iseng-iseng menyebar ikan nila di kali selebar kurang lebih satu meter. Saluran air itu berada di depan rumahnya di RT 001/RW 005, Samberan, Pluneng, Kebonarum.

Awalnya, usaha itu sempat gagal karena ikan nila yang disebar seukuran jari telunjuk orang dewasa itu banyak yang hanyut ke bagian hilir. Padahal, Joko sudah membatasi ruang gerak ikan-ikannya dengan memasang kawat yang berfungsi sebagai saringan atau pembatas.

Dengan kawat yang dipasang di bagian hulu dan hilir di kali depan rumahnya itu, Joko meyakini ikan-ikan yang disebarnya tak akan hanyut. “Saat awal-awal itu, ikan-ikan saya pada hanyut. Waktu itu berlangsung hujan lebat sehingga ikan-ikan saya banyak yang mencolot dari kawat pembatas, terutama di bagian hilir. Ikan nila sebanyak 60 ekor banyak yang hilang,” kenang Joko, saat ditemui Solopos.com, di rumahnya, Sabtu (18/2/2017).


Tak patah arang, Joko pun kembali menyebar ikan di selokan depan rumahnya di tahun 1997. Kali ini Joko menyebar ikan yang sudah besar  di depan rumahnya, seperti ikan nila merah, nila hitam, patin, gurami, koi, patin. Joko tak menghitung jumlah ikan yang disebar kala itu. Tapi, Joko meyakini jumlah ikan yang disebar mencapai puluhan ekor.

“Saya ini memang seneng ngingu ikan. Soalnya, saya juga memiliki kolam ikan di sini [Pluneng]. Kejernihan air di Pluneng ini semakin menarik ketika disebari ikan. Kali [selokan] di Pluneng ini kan panjang, yang saya manfaatkan [disebari ikan] yang melintas di depan rumah saja,” katanya.

Usahanya menyulap selokan agar tetap jernih dan menarik dipandang itu membuahkan hasil dalam dua hingga tahun terakhir. Berawal dari getok tular warga, selokan depan rumahnya mampu menyedot perhatian warga di Kebonarum dan sekitarnya.

Hampir setiap hari, rumahnya selalu kedatangan tamu yang ingin melihat-lihat. Para pengunjung itu secara gratis tak dipungut bayaran sering melihat kejernihan air dan lenggak-lenggok berbagai ikan berukuran besar. Agar selokan  tetap bersih dan jernih, Joko selalu membersihkan sampah setiap waktu, baik sampah organik atau pun nonorganik.

“Kolam” ikan melengkapi suasana rumah milik Joko Sucipto yang juga dihiasai aneka tanaman hias dan rimbunnya dua pohon mangga setinggi kurang lebih tiga meter.

“Ikan-ikan saya itu tidak dikasih pelet. Ikan-ikan saya ini termasuk ikan organik karena hanya makanannya, seperti sisa nasi yang tidak termakan, sayuran, sisa roti, dan makanan alam yang ada di kali. Makanya, ikan saya rasa enak [terutama ikan nila]. Beberapa tahun lalu, pernah didatangi sejumlah perwira TNI malam-malam. Tak pikir ada apa, ternyata perwira itu ingin membeli ikan saya. Kalau dihitung-hitung, saya sudah mengantongi Rp25 juta dari penjualan ikan di kali ini,” kata Joko.

Hal senada dijelaskan anak menantu Joko Sucipto, yakni Esti, 40. Ikan-ikan yang disebar ayahnya tersebut sering kali menjadi klangenan anggota keluarganya dan warga di Kebonarum dan sekitarnya. Beberapa taman kanak-kanak (TK) di Kebonarum, Jogonalan, Ngawen, Manisrenggo, Jatinom, dan beberapa daerah lainnya sering mengunjung kali yang ada di depan rumahnya.

“Anak saya, Eksel yang duduk di bangku kelas V SD sering marah-marah ketika kakeknya menjual ikan tanpa sepengetahuan dirinya. Misalnya, anak saya menyukai ikan koi warna merah. Tiba-tiba, kakeknya menjual ikan itu. Otomatis anak saya langsung menangis kalau melihat ikan kesukaannya sudah tidak ada lagi di kali,” katanya.

Salah satu pengunjung asal Gondang Kecamatan Jogonalan, Wahyudi, 30, mengaku sering mengajak anaknya, Niko, 3, melihat ikan milik Joko Sucipto. Wahyudi rela menempuh jarak dua kilometer dari rumahnya agar Niko dapat melihat aneka ikan di depan rumah Joko Sucipto.

“Ikan di sini memang besar-besar. Kalau anak saya sedang rewel [menangis], biasanya saya ajak ke sini. Warnanya kan juga macam-macam, ada yang merah, kuning, hitam. Jadi, menarik bagi anak-anak,” katanya.

Subscribe to receive free email updates: