Galaksi Berita - Banyak orang yang meremehkan status sosial seseorang. Apalagi tatkala orang itu berasal dari kalangan yang tidak mampu, mayoritas banyak yang memandang sebelah mata. Bukankah status sosial hanya titipan Ilahi semata. Kita tidak bisa milih kita dilahirkan di keluarga siapa, dari keturunan siapa, dari golongan mana? Semua adalah kuasa dan hak Yang Maha Abadi.
Meskipun kita terlahir dari kalangan tidak mampu, jangan menyurutkan semangat kita untuk menuntut ilmu. Karena dengan ilmu kita dapat "mengubah segalanya". Kita dapat berkaca dari orang sukses, mereka melalui segala sesuatunya dari nol. Tidak punya apa-apa, hanya semangat yang membara yang mampu melampaui segalanya.
Berikut cerita dari Ulama Besar, Hasan Al Basri, orang yang begitu dikagumi, kata -kata bijaknya begitu berarti.
Keberhasilannya menyandang orang ternama di mata manusia, diraihnya dengan penuh perjuangan. Anda mungkin tak menyangka bahwa dirinya hanyalah seorang anak dari seorang budak.
Hasan bin Yassar (yang pada akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Hasan Al-Bashri) tumbuh di salah satu rumah Nabi ﷺ. Besar dipangkuan salah satu istri beliau, yaitu Hindun binti Suhail yang lebih sering dipanggil dengan Ummu Salamah. Ibunda bayi itu bernama Khairah, seorang budak dari Ummu Salamah. Dan bapaknya Yassar, adalah budak Zaid bin Tsabit yang paling disayangi dan diutamakan di antara budak yang lain.
Hasan bin Yassar (yang pada akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Hasan Al-Bashri) tumbuh di salah satu rumah Nabi ﷺ. Besar dipangkuan salah satu istri beliau, yaitu Hindun binti Suhail yang lebih sering dipanggil dengan Ummu Salamah. Ibunda bayi itu bernama Khairah, seorang budak dari Ummu Salamah. Dan bapaknya Yassar, adalah budak Zaid bin Tsabit yang paling disayangi dan diutamakan di antara budak yang lain.
Meski Hasan terlahir dari seorang budak, ia tidak putus semangat. Haus akan ilmu begitu tinggi. Ia berguru kepada sahabat-sahabat utama di Masjid Nabawi. Ia meriwayatkan hadis dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy’ari, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik, Jabir bin Abdillah, dan lain-lain.
Baca juga: Subhanallaah!!! Gara-gara Ucapan Ibunya Waktu Marah Sudais Jadi Imam Besar Masjidil Haram
Menginjak usia 14 tahun, ketika memasuki usia remaja, Hasan berpindah bersama kedua orangtuanya ke Bashrah dan menetap di sana. Dari sinilah muncul julukan Al-Bashri, yang dinisbahkan pada kota Bashrah. Lalu, keutamaan beliau mulai dikenal orang-orang di Bashrah.
Lihatlah perjuangan hidupnya. Ia tidak pernah merasa malu dalam menuntut ilmu, meski dirinya terlahir dari seorang budak, yang kita tahu memiliki kedudukan paling rendah di masa itu. Keadaan ekonomi bukanlah suatu kendala dalam meraih kesuksesan. Itulah hal istimewa yang melekat padanya.
Jika, Hasan Al-Bashri saja mampu meraih kesuksesan di dunia, dengan keadaan ekonomi yang rendah. Tentu kita pun bisa! Asalkan, kita mau berusaha dan terus menuntut ilmu. Sebab, ilmu bisa membuat seseorang memiliki kedudukan tinggi di mata manusia lainnya.
Menginjak usia 14 tahun, ketika memasuki usia remaja, Hasan berpindah bersama kedua orangtuanya ke Bashrah dan menetap di sana. Dari sinilah muncul julukan Al-Bashri, yang dinisbahkan pada kota Bashrah. Lalu, keutamaan beliau mulai dikenal orang-orang di Bashrah.
Lihatlah perjuangan hidupnya. Ia tidak pernah merasa malu dalam menuntut ilmu, meski dirinya terlahir dari seorang budak, yang kita tahu memiliki kedudukan paling rendah di masa itu. Keadaan ekonomi bukanlah suatu kendala dalam meraih kesuksesan. Itulah hal istimewa yang melekat padanya.
Jika, Hasan Al-Bashri saja mampu meraih kesuksesan di dunia, dengan keadaan ekonomi yang rendah. Tentu kita pun bisa! Asalkan, kita mau berusaha dan terus menuntut ilmu. Sebab, ilmu bisa membuat seseorang memiliki kedudukan tinggi di mata manusia lainnya.
Disadur dari islampos.